Gambar oleh Peggy und Marco Lachmann-Anke dari Pixabay |
Menurut bahasa yunani, kata etika berawal dari kata ethos yang memiliki arti sikap, perasaan, akhlak, kebiasaan, watak.
Etika bisnis merupakan cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan
individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan
dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang
saham, masyarakat.
Dalam menerapkan etika dalam
berbisnis kita harus memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku di dalam
masyarakat. Disamping itu etika bisnis juga bisa diterapakan dan dimunculkan
dalam perusahaan sendiri karena memiliki keterkaitan dengan profesional bisnis.
Perusahaan menyakini prinsip bisnis yang baik adalah yang memperhatikan
etika-etika yang berlaku, seperti menaati hukun dan peraturan yang berlaku.
Etika
Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan
sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang
profesional.
Untuk menyusun etika bisnis yang bagus, maka perlu
diperhatikan beberapa hal berikut ini:
ü pengendalian
diri
ü pertanggungjawaban
sosial
ü
menjadikan persaingan secara sehat
ü
penerapan konsep yang berkelanjutan
ü
dapat mempertahankan keyakinannya
ü
konsisten dengan sebuah aturan yang sudah
disepakati bersama
ü
penumbuhan kesadaran serta rasa memiliki dengan
apa yang sudah disepakati
menciptakan suatu sikap untuk saling percaya
pada antar golongan pengusaha
Prinsip Etika secara umum:
- Jujur: tidak memuat konten
yang tidak sesuai dengan kondisi produk
- Tidak memicu konflik SARA
- Tidak mengandung pornografi
- Tidak bertentangan dengan
norma-norma yang berlaku.
- Tidak melanggar etika bisnis,
contoh: saling menjatuhkan produk tertentu, dsb.
- Tidak plagiat.
Tujuan dan fungsi etika bisnis
Tujuan etika bisnis : untuk menjalankan dan menciptakan
sebuah bisnis seadil mungkin serta menyesuaikan hukum yang sudah dibuat. Selain
itu, juga dimaksudkan untuk menghilangkan ketergantungan pada sebuah kedudukan
individu maupun perusahaan.
Fungsi etika bisnis: dapat mengurangi dana yang
diakibatkan dari pencegahan yang kemungkinan terjadinya friksi atau perpecahan,
baik dari intern perusahaan itu sendiri maupun ekstern. Selain itu, dalam
penerapan etika bisnis ini juga berfungsi untuk membangkitkan motivasi pekerja
agar terus meningkat, melindungi prinsip dalam kebebasan berdagang atau
berniaga, serta dapat menciptakan keunggulan dalam bersaing.
Tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis
sumber: Von der Embse dan R.A.
Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Journal (1988) “Managerial
Ethics Hard Decisions on Soft Criteria”
Utilitarian Approach
- Sering disebut pendekatan konsekuensialis, karena
menekankan pentingnya konsekuensi atas keputusan yang diambil dgn kata
lain setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya.
- Juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan
terbesar (the greatest happiness theory).
- Dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti
cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat,
dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
- Menurut Jeremy Bentham pendiri terori
utilitarian, suatu tindakan dianggap benar dari sudut pandang etis
jika dan hanya jika jumlah total utilitas yang dihasilkan dari tindakan
tersebut lebih besar dari jumlah utilitas sosial yang dihasilkan oleh
tindakan lain yang dapat dilakukan.
Individual Rights Approach
- setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya
memiliki hak dasar yang harus dihormati.
- Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus
dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan
hak orang lain.
- Dalam prakteknya pendekatan ini akan sangat
berpengaruh dalam menghargai dan menghormati tindakan orang lain. Meskipun
demikian, jika dirasa tingkah laku tersebut dapat mengakibatkan suatu
perpecahan atau benturan dengan hak orang lain, maka sangat baik jika dihindari.
Justice Approach
- para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang
sama, dan bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik
secara perseorangan ataupun secara kelompok
- Dalam pelaksaannya, pendekatan etika bisnis yang
satu ini lebih memberikan keuntungan baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
Prinsip etika bisnis
sumber: Sonny Keraf (1998)
- Prinsip Otonomi à
sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
- Prinsip Kejujuran à
terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas
bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak
didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan
syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam
penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga,
jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
- Prinsip Keadilan à
menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
- Prinsip Saling Menguntungkan (mutual benefit
principle) à
menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak.
- Prinsip integritas moral à terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.
Etika Bisnis Internasional
Norma-Norma Moral
yang Umum Pada Taraf Internasional
Menyesuaikan diri à
kalau sedang mengadakan kegiatan ditempat lain bisnis harus menyesuaikan diri
dengan norma-norma yang berlaku di tempat itu
Rigorisme moral à mempertahankan kemurnian etika yang sama
seperti di negeri sendiri. Kebenaran yang dapat
ditemukan dalam pandangan rigorisme moral ini adalah bahwa kita harus konsisten
dalam perilaku moral kita. Norma-norma etis memang bersifat umum. Yang buruk di
satu tempat tidak mungkin menjadi baik dan terpuji di tempat lain.
Imoralisme naif à dalam
bisnis internasional tidak perlu kita berpegang pada norma-norma etika.
Malah jika perusahaan terlalu
memperhatikan etika, ia berada dalam posisi yang merugikan, karena daya saingnya akan terganggu.
Dumping” Dalam Bisnis
Internasional
• Dumping
adalah menjual sebuah produk dalam kuantitas besar di suatu negara
lain dengan harga dibawah harga pasar dan kadang-kadang malah di bawah biaya
produksi. Praktek dumping produk itu tidak etis karena melanggar etika pasar
bebas.
• Yang akan merasa keberatan terhadap praktek
dumping ini bukannya para konsumen, melainkan para produsen dari produk yang
sama di negara di mana dumping dilakukan.
• Salah satu motif adalah bahwa si penjual
mempunyai persediaan terlalu besar, sehingga ia memutuskan untuk menjual produk
bersangkutan di bawah harga saja. Motif lebih jelek adalah berusaha untuk
merebut monopoli dengan membanting harga.
Dalam pengaturan bisnis internasional, yang paling umum
melibatkan isu-isu etis yang meliputi:
- Employment praktek
- Bila kondisi kerja di negara tuan
rumah jelas lebih rendah kepada mereka di rumah multinasional bangsa,
standar apa yang harus diterapkan?
- Meskipun beberapa akan menunjukkan
bahwa gaji dan kondisi kerja harus sama di seluruh negara, berapa banyak
perbedaan yang dapat diterima?
- HAM
- Lingkungan peraturan
Masalah etika muncul ketika peraturan lingkungan hidup di negara tuan
rumah jauh lebih rendah kepada mereka di rumah bangsa. Negara-negara berkembang
sering kekurangan peraturan lingkungan, dan menurut para kritikus, hasilnya
dapat tingkat polusi lebih tinggi dari operasi perusahaan multinasional
daripada akan diizinkan di rumah.
- Korupsi
- Kewajiban moral perusahaan multinasional à Tanggung jawab sosial mengacu pada gagasan bahwa pengusaha harus mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi sosial dari
tindakan ekonomi ketika membuat keputusan bisnis.
Untuk lebih jelas lagi anda bisa lihat video berikut ini
Kerjakan Quiz dengan klik link berikut ini
Sumber lain:
-
Bertens.
K, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Jakarta, 2000
-
Zimmerrer,
Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, PT. Indeks Jakarta, 1986
-
Kompas
Cyber Media, online diakses 5 Mei 2016 (http://www.kompas.com)
loading...
0 Comments